Berjumpa model lukisan perupa Antonio Blanco. (Foto: Istimewa)

MAHARANI adalah panggilan kesayangan Ketut Rani Astuti (72). Perempuan bertubuh ramping dengan tinggi sekitar 160 sentimeter itu adalah adik Ni Rondji, istri perupa Antonio Blanco. Pertemuan dengan Maharani yang saya panggil Tante Rani bukanlah sesuatu yang direncanakan.

Di tahun 2018, seorang teman lama dan istrinya yang bernama Aurea Rini mengajak saya berkunjung ke The Blanco Renaissance Museum. Ini adalah museum yang didirikan Antonio. Di sana, Rini mengenalkan saya dengan putra Antonio, Mario Blanco.

Keduanya kemudian menemani berkeliling museum untuk melihat lukisan-lukisan karya maestro lukisan romantik-ekspresif tersebut. Setelah mengelilingi lebih dari separuh museum, kami pun tiba di satu lukisan. Lukisan itu menyita perhatian saya lantaran memiliki ukuran yang besar. Bahkan, lebih besar daripada lukisan Michael Jackson yang dipajang di ruangan lain.

Lukisan berukuran besar itu menampilkan objek perempuan penari bertubuh langsing. Kepada saya, Rini pun bercerita kalau model dalam lukisan tersebut adalah ibundanya, Maharani. Buat saya, kata-kata Rini terdengar begitu indah dan menyenangkan. Dan ini adalah kesempatan bagi saya untuk dapat berjumpa langsung dengan sang model. Apalagi, Antonio bukan hanya sekali menjadikan Tante Rani objek lukisannya, melainkan berkali-kali.

Saya yakin, tidak semua orang memiliki kesempatan mengetahui dan berjumpa langsung dengan model lukisan Antonio. Maka, sebelum kembali ke Jakarta, saya pun menyempatkan diri berkunjung ke rumah Tante Rani.

Mengungkap Gaya Melukis Antonio

Sama seperti Rini, perempuan itu amat ramah. Saya disambut dengan berbagai makanan, buah mangga khas Bali dan durian. Usai menyantap berbagai hidangan yang disajikan, kami mulai berbincang-bincang. Satu hal yang ingin saya tahu adalah bagaimana gaya Antonio kala melukis Tante Rani.

Dari Tante Rani saya jadi tahu gaya Antonio saat melukis. Semua model lukisannya tidak diperbolehkan bergerak. Antonio memiliki gerakan tangan yang lincah. Saat melukis, bukan hanya jari jemari dan tangannya yang bergerak cepat. Matanya pun turut bergerak. Dengan kelincahannya itu, Antonio bisa menciptakan lukisan nan indah dalam waktu kurang dari 10 menit.

Tante Rani rupanya senang bercerita. Bukan hanya gaya melukis Antonio yang ia bagi. Darinya saya menjadi tahu mengapa sang maestro memilihnya sebagai model lukisan. Rupanya, dahulu kebanyakan orang Bali hanya mau dilukis oleh anggota keluarga mereka. Sebab, ada satu mitos yang menyebutkan rupa mereka akan hilang apabila dilukis oleh pelukis yang bukan anggota keluarga.

Anggota keluarga yang dilukis Antonio bukan hanya Tante Rani. Ayah mertua, kakak ipar yang bernama Mandri dan Ringkih, serta anak dan cucunya kerap ia jadikan model. Antonio memiliki 4 anak, yaitu Cempaka, Mario, Orchid dan Maha Dewi.

Dari keempatnya, Cempaka dan Mario lah yang sering menjadi objek lukisannya. Perupa yang berpulang pada 10 Desember 1999 itu juga memiliki indra keenam. Ketika Maha Dewi sedang hamil, sang perupa sudah mampu melukis wajah janin dalam kandungan sang putri. Setelah Maha Dewi melahirkan, wajah bayinya ternyata sama persis dengan wajah dalam lukisan karya sang ayah.

Kenangan Tante Rani tentang kemampuan indra keenam Antonio ini menjadi penutup percakapan kami hari itu. Saya juga tidak bisa berbincang-bincang terlalu lama dengannya karena sudah harus segera berangkat ke bandara untuk kembali ke Jakarta.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini