Ni Wayan Melati Danes dan koleksi wastranya. (Foto: Istimewa)
Ni Wayan Melati Blanca, Direktur Melati Danes Interior. (Foto: Istimewa)

BAGI Ni Wayan Melati Blanca, wastra bukan sekadar kain. Tetapi juga menjadi sumber inspirasi karya-karya desain Melati Danes Interior.

Pameran Memuliakan Wastra: Exhibition of Folk Art, Photography, Fashion, High Quality Craft & Culture. (Foto: Istimewa)
Pameran Memuliakan Wastra: Exhibition of Folk Art, Photography, Fashion, High Quality Craft & Culture. (Foto: Istimewa)

Nuansa kultur terasa begitu kental di Amandari, Ubud, Bali pada 29 Mei-29 Juni 2021. Sebulan penuh, Ni Wayan Melati Blancar menggelar pameran bertajuk Memuliakan Wastra: Exhibition of Folk Art, Photography, Fashion, High Quality Craft & Culture di sana.

Pameran tersebut merupakan buah dari kelana cita dan budaya Direktur Melati Danes Interior. Sebagai perempuan Bali yang patuh pada adat, Melati selalu mengenakan wastra tradisional Bali saat melakukan ritual dan upacara keagamaan. “Wastra datang sendiri kepada kita. Jadi kita tidak mencari,” ungkapnya.

Seperti kebanyakan orang Bali, Melati mendapat tetamian atau warisan kain tradisional dari leluhur. Dan ia telah mengenakannya sejak usia dini. “Sejak kecil, saat mengikuti upacara penting seperti memotong gigi, saya memakai wastra dari nenek,” terangnya.

Pun saat menekuni hobi menari, istri arsitek Popo Danes ini memakai wastra. Ketika menikah dengan Popo, ternyata sang suami juga hobi mengoleksi wastra. Koleksi wastra berbentuk batik milik sang suami sudah terlebih dahulu dikurasi oleh Marinta Serina yang kemudian diminta menjadi Kurator Pameran Memuliakan Wastra.

“Saya banyak belajar dari wastra-wastra Popo yang sudah dikurasi Marinta,” katanya. Akhirnya, ia menata dan meneruskan untuk wastra-wastra Bali miliknya yang berjumlah 200. Koleksi wastranya beragam umurnya. Bahkan, ada tetamian yang usianya sudah mencapai ratusan tahun.

“Wastra-wastra ini banyak dicari di luar negeri, khususnya di museum.” Itulah sebabnya, Melati dan Popo mengunjungi museum di berbagai kota dan negara untuk melihat kekayaan budaya berbentuk wastra.

Sebagai desainer interior, wastra juga menjadi sumber inspirasi. Ada emosi bermain saat merancang dengan menambahkan wastra ke dalamnya. Saat mengaplikasikan wastra pada interior, Melati selalu mencurahkan seluruh hati dan jiwanya.

Tidak heran apabila tema pameran ini pun mengusung konsep yang mempersembahkan hati dan jiwa. Berbekal konsep tersebut, Marinta menciptakan suasana hangat ke setiap ruang pameran di Amandari.

Dari 200 koleksi wastra Melati, Marinta mengurasinya menjadi 100, dan terakhir 60 lembar. Setiap helai wastra yang dipajang memiliki ikatan batin dengan Melati. Ia juga mempersilakan Melati memilih sendiri kain-kain yang menjadi identitas status sosial, sarana spiritual, dan sumber inspirasi interiornya.

Wastra penghias. (Foto: Istimewa)
Wastra penghias. (Foto: Istimewa)

60 wastra Bali itu kemudian ditata lembar demi lembar agar tampil seimbang. Patung-patung antik di ruangan tidak dipindahkan agar melengkapi wastra yang didisplay tim Melati Danes Interior. Perpaduan kain tradisional, patung antik dan pencahayaan tepat menjadikan suasana di ruang pameran penuh kehangatan dan menyenangkan. Suasana hangat menjadi penting karena pameran wastra ini merepresentasikan hati dan jiwa sang kolektor, Ni Wayan Melati Blanca.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini