Traveldiva – Sejak kehadirannya lebih dari tiga dekade di Indonesia, Samsung tak sekadar melepas produk elektronik ke pasaran, tetapi juga serius berinvestasi dalam pengembangan generasi muda. Bahkan, program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mereka difokuskan untuk membekali pelajar dan mahasiswa dengan kemampuan teknologi yang relevan. Melalui dua program unggulan yakni Samsung Solve for Tomorrow (SFT) dan Samsung Innovation Campus (SIC), Samsung ingin menjadikan ide-keren anak muda menjadi solusi nyata bagi masyarakat.
Pertama-tama, SFT merupakan kompetisi yang dirancang khusus untuk pelajar SMA/SMK/MA hingga mahasiswa D3/D4/S1. Di sini, para peserta ditantang untuk menggunakan ilmu STEM (Sains, Teknologi, Rekayasa dan Matematika) guna merumuskan solusi atas masalah sosial yang berada di lingkungan mereka sendiri. Selain itu, mereka mendapatkan pelatihan AI amplification dan mentoring dari karyawan Samsung serta para pakar mitra program.
Sementara itu, SIC hadir sebagai program edukasi intensif di bidang teknologi masa depan ā seperti coding, programming, Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) ā yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa. Di akhir programnya, para peserta diwajibkan mempresentasikan prototipe dari ide mereka, yang diharapkan punya dampak nyata bagi lingkungan sekitar.
Lebih jauh, program ini juga selaras dengan visi global seperti yang dicanangkan oleh United Nations (PBB) ā yaitu mencetak inovator muda yang siap menghadapi tantangan global. Riset Samsung menunjukkan bahwa sekitar 78% generasi muda di Asia Tenggara sudah menggunakan AI untuk keperluan pembelajaran, sehingga penting diarahkan agar potensi ini benar-benar menghasilkan inovasi yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi Indonesia.
āKami konsisten mendampingi perjalanan Indonesia menuju masyarakat digital. Kami bangga program SIC dan SFT telah menjangkau ribuan pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah, memberi mereka pengalaman langsung bagaimana teknologi bisa membawa perubahan positif di lingkungannya. Ke depan, kami berkomitmen terus mendukung lahirnya talenta digital baru yang akan menjadi motor penggerak masa depan Indonesia,ā ujar Bagus Erlangga, Head of Corporate Marketing Samsung Electronics Indonesia.
Dampak yang telah dicapai
Pada bagian ini, mari kita lihat bagaimana langkah-nyata kedua program membawa kontribusi.
Melalui SFT, yang diluncurkan pada 2023, Samsung membuka workshop design thinking, pendampingan mentor, hingga penerapan AI untuk menjawab tantangan nyata sehari-hari. Pada tahun pertama, tercatat 309 tim dengan 1.087 peserta. Bahkan pada gelaran tersebut, Samsung berhasil meraih Platinum Award di ajang Global CSR & ESG Summit 2024.
Kemudian, pada 2025 antusiasme melonjak tajam: 2.603 pendaftar dari seluruh Indonesia dan 2.274 peserta lolos ke babak penyisihan. Tema utama program: āEnvironmental Sustainability via Technologyā diikuti 1.439 peserta, dan āSocial Change Through Sport & Techā diikuti 835 peserta. Dari sini lahir ide-inovatif seperti konversi limbah plastik menjadi listrik hingga sport-tech yang membuka akses olahraga untuk perempuan dan penyandang disabilitas.
Sementara itu, SIC sejak 2019 telah hadir untuk membekali pelajar dan mahasiswa dengan keterampilan digital yang relevan dengan kebutuhan industri. Di Indonesia, jumlah peserta terus meningkatālebih dari 20.000 pelajar dan mahasiswa serta ratusan guru telah mengikuti SIC hingga 2025. Pendaftar Batch 6 naik hingga 40 % dibanding batch sebelumnya.
Lewat SIC pula, lahir ratusan proyek inovatif berbasis IoT dan aplikasi edukasi AI. Program ini juga memperkuat kolaborasi dengan institusi pendidikan, pemerintah dan NGO agar dampaknya benar-benar terasa dan berkelanjutan.
Contoh karya inovatif
Contoh-nyata juga memperkuat narasi: Pada 2024, SFT menghasilkan berbagai karya berbasis AI seperti alat deteksi risiko sudden cardiac death (Portable Kit D-Dimer Level Detector) dari Tim Solyd Ias Universitas Brawijaya, aplikasi pendeteksi karies gigi āDentalintā dari Tim Cemerlang UGM, atau aplikasi HandsTalk yang dikembangkan oleh tim SMAN 1 Sidoarjo yang jadi penerjemah bahasa isyarat berbasis AI untuk menunjang komunikasi antara teman tuli dan teman dengar via Google Meet atau WhatsApp.
Dari sisi SIC, misalnya tim PawPal dari BINUS University merancang perangkat IoT & AI untuk bantu anak-anak kurangi waktu layar lewat pendekatan gamifikasi. Sementara tim Daely dari Universitas Bina Nusantara melalui Batch 5 meluncurkan AI and IoT-Based Drowsiness Detection System for Drivers yang membawa mereka ke ajang internasional APICTA 2024 dan berhasil meraih Merit Award.
Dengan demikian, perjalanan program SFT dan SIC menunjukkan bahwa Samsung tak hanya berbicara teknologi untuk konsumsi, tetapi juga mengajak generasi muda Indonesia menjadi problem-solver, menciptakan inovasi yang berdampak dan berkelanjutan. Anak muda diajak tak sekadar belajar teknologi, tetapi memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan tantangan konkret di masyarakat.
Ke depan, dukungan seperti ini menjadi semakin penting mengingat kebutuhan Indonesia akan talenta digital semakin besar di era Industrie 4.0. Dan melalui program-program seperti ini, Samsung membantu menyiapkan talenta-digital Indonesia yang tak hanya siap kerja, tetapi siap menghadapi perubahan global.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program CSR Samsung lainnya, bisa mengunjungi situs resmi mereka.











