Museum Kota Palembang berkolaborasi dengan Indonesia Hidden Heritage Creative Hub (IHHCH), meluncurkan Diskusi Museum and Technology yang mengupas tentang pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan user experience. Program ini merupakan penutup dari rangkaian dari acara Culture Talk 2022 yang diselenggarakan secara daring mulai bulan February dengan mengundang mitra diskusi baik dari dalam maupun luar negeri. Mengangkat tagline ‘How Tech Savvy Museum Can Be?’ diskusi ini menghadirkan narasumber dari digital specialist, Widya Jauhari, City Tour Operator Bung Zaim dari Palembang Good Guide dan Direktur Eksekutif IHHCH, Nofa Farida Lestari.
Nofa menekankan setidaknya ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan penggunaan teknologi dimuseum. Dimulai dari memahami objektif yang ingin dicapai dan pesan yang ingin dikomunikasikan oleh museum, kemudian bagaimana teknologi dapat membantu memberikan solusi yang efektif bagi tantangan yang dihadapi oleh Manajemen Museum, seperti misalnya analisa data demografi pengunjung. Yang ketiga yang terpenting adalah kesiapan Produk yang berarti ekosistem museum dan kualitas koleksinya dan yang terakhir baru bicara soal User Experience. Dengan menitikberatkan pada pemahaman Museum tentang siapa audience mereka, apa yang pengunjung inginkan dan teknologi apa yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Hal senada juga diungkapkan oleh Zaim yang rutinitasnya sebagai City Tour Guide membuatnya banyak berinteraksi dengan traveller dari Gen Z. Generasi yang sangat tech savvy dan menginginkan experience yang unik dan berbeda saat berkunjung ke sebuah tempat. Dalam pemaparannya ia menegaskan bahwa pengalaman virtual tour merupakan salah satu bentuk promosi yang mendorong untuk berkunjung secara langsung ke Museum, oleh karena itu Museum sebagai Produk harus siap secara fisik dan pelayanan, agar dapat dinikmati oleh pengunjung.
Data yang dirilis oleh IDN institute menunjukkan bahwa 49% Gen Z travellers menyukai kunjungan bernuansa Budaya dan 43% senang melakukan City Tour. Angka ini menurut Nofa dapat dijadikan referensi dan pemicu bagi pengelola Museum dan tempat wisata Heritage untuk memaksimalkan penggunaan teknologi dalam meningkatkan kualitas Produk mereka dan memetakan marketing and promotion tools yang efektif agar tepat sasaran pada target market.
Pada diskusi ini juga ditampilkan pengalaman tentang bagaimana beberapa lembaga budaya terkemuka dunia menggunakan solusi digital inovatif untuk meningkatkan pengalaman pengunjung bermuseum baik melalui VR ataupun AR. Diantaranya melalui Virtual Tour di Museum National of Malaysia dan sharing session dari Irmak Wober, Digital Platform Supervisor dari Museum Pera di Istanbul. Sementara digitalisasi museum menjadi hal yang mutlak untuk mempromosikan sejarah dan heritage tanpa batas ke seluruh dunia, penggunaan teknologi untuk memaksimalkan pengalaman berkunjung langsung di museum merupakan sebuah inovasi yang terus ditumbuhkan di semua negara. Pemanfaatan Google Arts and Culture sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas Museum dan sarana promosi juga dinilai sangat baik. Di Indonesia sendiri misalnya pengunjung dapat menikmati ruang Immersive yang membuat koleksi menjadi hidup dan membawa pengunjung seolah berada di dalam koleksi tersebut di Museum Nasional, Museum Macan dan baru-baru ini secara temporer diadakan oleh Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta.
Museum Kota Palembang saat ini sedang mengembangkan Pameran Temporer 3D yang akan menampilkan beberapa koleksi museum pilihan. Pameran ini menurut Widya Jauhari sebagai tim pengembangan akan dapat dinikmati secara utuh oleh umum melalui tautan Museum SMB – 虚拟游览 (kotapalembang.id) pada awal tahun 2023 mendatang. Dan akan terus mengalami penambahan koleksi secara bertahap.