Traveldiva.id — Paradiva, kabar mengejutkan datang dari maskapai ternama asal Australia, Qantas Air. Baru-baru ini, perusahaan tersebut mengumumkan telah mengalami kebocoran data pribadi jutaan pelanggan akibat serangan siber yang menargetkan salah satu pusat layanan pelanggan pihak ketiga mereka.
Menurut pernyataan resmi Qantas, dilansir Independent.co.uk, Rabu, 2 Juli 2025, kejadian ini pertama kali terdeteksi pada Senin (30 Juni), di mana mereka melihat aktivitas mencurigakan pada platform pihak ketiga yang digunakan sebagai call center maskapai. Lebih lanjut disebutkan, data-data yang berhasil diretas meliputi nama lengkap, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, serta nomor frequent flyer hingga enam juta pelanggan Qantas Air.

Vanessa Hudson, CEO Qantas Group, langsung angkat bicara menanggapi peristiwa ini. “Kami benar-benar meminta maaf kepada pelanggan kami dan sangat memahami ketidaknyamanan serta ketidakpastian yang timbul akibat kejadian ini,” ujarnya dengan tulus.
Namun demikian, maskapai penerbangan tersebut meyakinkan bahwa tidak ada informasi keuangan, data kartu kredit, maupun detail paspor pelanggan yang bocor. Selain itu, akun frequent flyer, kata sandi, serta detail login pelanggan juga tidak termasuk dalam data yang berhasil dicuri.
Qantas menegaskan bahwa begitu insiden ini diketahui, mereka langsung mengambil langkah cepat untuk mengatasi dan membatasi dampak kebocoran data tersebut. Saat ini, tim keamanan Qantas Air masih terus melakukan investigasi mendalam untuk mengetahui seberapa besar proporsi data yang telah diambil oleh pelaku.
Qantas Air Antisipasi Dampak yang Lebih Luas
Untuk mengantisipasi dampak yang lebih luas, maskapai ini juga langsung melaporkan kejadian tersebut kepada Australian Cyber Security Centre, Office of the Australian Information Commissioner, dan Australian Federal Police. Tidak hanya itu, Qantas berkomitmen untuk memperkenalkan langkah-langkah keamanan tambahan guna memperkuat pemantauan sistem mereka agar kejadian serupa tidak terulang.
Paradiva, kamu tidak perlu khawatir mengenai keselamatan penerbanganmu, sebab Qantas menjamin bahwa operasional dan keamanan penerbangan sama sekali tidak terpengaruh akibat peristiwa ini. “Kami ingin menegaskan bahwa tidak ada dampak terhadap operasional Qantas ataupun keselamatan penerbangan kami,” jelas pihak Qantas dalam pernyataan tambahan mereka.
Kasus ini menjadi perhatian serius, mengingat sebelumnya FBI Amerika Serikat juga telah memperingatkan ancaman siber yang meningkat terhadap industri penerbangan. Dalam sebuah peringatan yang diterbitkan pada Jumat (27 Juni), FBI secara spesifik menyebut kelompok peretas Scattered Spider yang diketahui mulai menyasar sektor maskapai penerbangan.
Dalam beberapa waktu terakhir, maskapai lain seperti WestJet dan Hawaiian Airlines juga menjadi korban serangan siber oleh kelompok ini. Hal ini tentu menambah kekhawatiran mengenai kerentanan sistem keamanan digital yang digunakan oleh berbagai maskapai global.
Paradiva, sebagai pelanggan yang bijak dan berhati-hati, penting untuk selalu menjaga keamanan data pribadi dengan menghindari berbagi informasi sensitif secara sembarangan, serta selalu memantau perkembangan terbaru mengenai keamanan data dari berbagai layanan yang kamu gunakan.
Qantas sendiri menyatakan akan terus berkomunikasi secara intensif dengan pelanggan yang terdampak untuk memberikan informasi detail mengenai insiden tersebut, menyampaikan permohonan maaf, serta menyediakan dukungan yang dibutuhkan.