TravelDIVA – Kesumbo ampai merupakan nama dari sebuah desa, di Provinsi Riau, tepatnya berada di Kabupaten Bengkalis, Kecamatan Bathin Solapan. Desa Kesumbo Ampai merupakan desa yang ditempati oleh penduduk asli Suku Melayu, sering disebut dengan sebutan SUKU SAKAI.
Meskipun mereka merupakan penduduk asli, namun masyarakat Suku Sakai yang berada di Desa Kesumbo Ampai yang saya jumpai saat ini bukanlah penduduk yang terbelakang, baik dari segi sosial, pendidikan, pakaian, bahkan pola pikir mereka. Masyarakat Suku Sakai di Desa Kesumbo Ampai sudah sangat maju bahkan bisa di anggap modern. Hal ini terlihat dari keseharian masyarakat, dan tidak sedikit yang memiliki kendaraan pribadi, bahkan kendaraan roda 4.
Kebanggaan Desa Kesumbo Ampai salah satunya yaitu Rumah Adat Suku Sakai yang dibangun untuk dijadikan tempat kegiatan adat, tempat diadakannya pelantikan pemberian gelar adat kepada tokoh masyarakat yang terpilih.
Bahkan Rumah adat yang dibangun dijadikan museum dari peninggalan-peninggalan benda bersejarah yang masih tersisa di Desa Kesumbo Ampai. Namun, terkadang kami para guru juga sering mengajak siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kawasan Rumah Adat Suku Sakai. Hal ini dikarenakan bangunan rumah adat yang terletak tidak jauh dari tempat saya mengajar, sekitar 500 meter dari gedung sekolah kami. Jadi, dengan menaiki kendaraan roda 2 menempuh waktu sekitar 10 menit perjalanan.
Di halaman Rumah Adat Suku Sakai memiliki panggung yang bisa dipergunakan orang umum. Sedangkan Rumah adatnya tidak bisa bebas di buka demi keamanan benda-benda bersejarah di dalam rumah dan juga demi terjaganya kebersihan Rumah Adat juga.
Saya merupakan salah seorang guru yang mengajar di SMKN 2 Mandau. Sekolah ini terletak di Desa Kesumbo Ampai, yang berdiri di tanah adat Suku Sakai dan merupakan tanah waqaf dari penduduk setempat melalui Kepala Suku sebagai penanggung jawab. SMKN 2 di wakafkan tanah seluas 100x 200 meter persegi.
Karena berada di tempat yang sama, tak jarang apabila penduduk Suku Sakai mengadakan acara di rumah adat, kami selalu di undang untuk memeriahkan acara tersebut. Selama 4 tahun saya mengajar di sekolah ini, tak jarang juga saya mendatangi rumah adat untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan sistem outdoor di sana. Hal ini dikarenakan keasrian lingkungan, indahnya pemandangan, dan sejuknya udara di Desa ini bisa membuat suasana belajar yang nyaman.
Rumah Adat Suku Sakai memiliki luas sekitar 500m2, dan terdiri atas 3 bangunan utama yaitu satu Rumah Adat dan dua lainnya merupakan panggung terbuka yang dapat dipergunakan orang umum asalkan dijaga kebersihan dan bangunannya. Ketiga bangunan tersebut lumayan luas makanya bisa digunakan sebagai tempat yang dapat menampung banyak orang.