Traveldiva – Ramainya pemberitaan mengenai potensi gempa dahsyat Megathrust di wilayah Pangandaran membawa dampak besar bagi industri pariwisata setempat. Akibat kekhawatiran yang meluas, sekitar 50% wisatawan yang sudah memesan perjalanan memilih untuk membatalkan rencana liburan mereka ke Pangandaran. Isu ini tidak hanya memengaruhi para pengunjung, tetapi juga berdampak langsung pada okupansi hotel serta jasa pariwisata di kawasan tersebut.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pangandaran, Agus Mulyana, mengungkapkan bahwa persepsi publik tentang potensi gempa Megathrust ini berpengaruh cukup signifikan terhadap penurunan jumlah pengunjung. Meski demikian, Agus menjelaskan bahwa potensi tersebut bersifat alami dan tidak dapat diprediksi secara akurat.
“Sejatinya, jika masyarakat lebih memahami, ini adalah potensi, bukan sesuatu yang bisa diprediksi dengan pasti,” ujar Agus.
Mengenai penurunan okupansi hotel, Agus belum bisa memberikan data pasti. Namun, dia memperkirakan bahwa penurunan tersebut berada di angka sekitar 20 hingga 21 persen. “Saya belum menerima laporan resmi tentang berapa banyak pembatalan yang terjadi di hotel-hotel akibat isu Megathrust,” tambahnya.
Agus juga tidak merinci hotel mana saja yang mengalami penurunan signifikan, tetapi ia menyebut bahwa sebagian besar tamu yang membatalkan kunjungannya ke Pangandaran mengalihkan destinasi liburan mereka ke wilayah lain yang dianggap lebih aman.
Langkah Antisipasi PHRI
Untuk menanggulangi dampak negatif yang disebabkan oleh isu ini, PHRI Kabupaten Pangandaran berencana untuk berkonsolidasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Agus berharap pihak pemerintah daerah dan lembaga terkait dapat memberikan informasi yang jelas dan resmi mengenai situasi Megathrust. Hal ini penting agar masyarakat tidak terpengaruh oleh berita palsu atau informasi hoax yang beredar.
“Yang paling sulit adalah ketika informasi diputarbalikkan dan dijadikan hoax,” tegas Agus.
Lebih lanjut, Agus menyebutkan bahwa mitigasi bencana sudah menjadi perhatian utama pelaku usaha hotel dan restoran sejak awal. Bahkan, simulasi penanganan bencana sudah dilakukan beberapa waktu lalu melalui kerja sama dengan BPBD.
Dampak pada Biro Perjalanan dan Jasa Pariwisata
Amin, salah satu pengelola biro perjalanan pariwisata di Pangandaran, turut merasakan dampak dari isu Megathrust. Menurutnya, meskipun tidak semua pengunjung membatalkan rencana perjalanan, ada penurunan jumlah peserta wisata.
“Beberapa waktu lalu, ada grup wisata yang awalnya berjumlah 300 orang, namun hampir 50% dari mereka membatalkan rencana perjalanan,” kata Amin.
Selain pembatalan, Amin juga sering menerima pertanyaan dari wisatawan yang merasa khawatir berlebihan terkait isu tersebut. “Ada yang takut, tapi kami tidak bisa memaksa mereka untuk tetap datang,” tambahnya.
Untuk menenangkan para wisatawan, Amin dan timnya memberikan edukasi terkait potensi gempa Megathrust. “Kami terus memberikan pemahaman bahwa ini hanyalah potensi yang tidak bisa diprediksi kapan terjadi,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Rama, pengelola jasa pariwisata lainnya. Ia mengaku merasakan pengurangan jumlah pengunjung akibat ramainya pemberitaan terkait Megathrust. “Ada beberapa tamu yang membatalkan perjalanan, meski lebih banyak yang tetap melanjutkan. Dari total 600 orang, hanya separuh yang jadi berangkat, bahkan kadang lebih sedikit,” ucap Rama.
Konsolidasi dan Edukasi sebagai Kunci
Langkah mitigasi dan konsolidasi dengan pihak terkait menjadi solusi yang terus diupayakan oleh para pelaku industri pariwisata di Pangandaran. Edukasi dan informasi yang akurat diharapkan mampu meredakan kekhawatiran wisatawan, sehingga sektor pariwisata di wilayah tersebut bisa kembali stabil. Para pelaku usaha berharap agar informasi terkait potensi bencana alam ini disampaikan secara proporsional dan tidak menimbulkan kepanikan berlebihan di kalangan masyarakat.
Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan kunjungan wisatawan ke Pangandaran bisa kembali normal, meski tantangan terkait isu bencana alam masih terus menghantui.