Traveldiva – Tidak perlu terbang jauh ke Istanbul untuk merasakan pesona arsitektur Turki. Di Jakarta Selatan, tepatnya di Pejaten Barat, berdiri sebuah masjid yang kini menjadi sorotan publik karena keindahannya yang menyerupai salah satu bangunan paling ikonik di Turki. Masjid itu adalah Masjid Jami Al Fajri, rumah ibadah yang sukses menghadirkan nuansa Ottoman dan kerap disebut sebagai “Blue Mosque versi Jakarta.”
Menariknya, masjid ini bukanlah museum atau destinasi wisata khusus. Namun, seiring waktu, tampilannya yang menawan menjadikan Masjid Jami Al Fajri sebagai tujuan favorit masyarakat yang ingin merasakan atmosfer khas Istanbul tanpa harus pergi ke luar negeri. Dengan perpaduan arsitektur megah, ornamen berkelas, dan suasana menenangkan, masjid ini pun tak jarang muncul di berbagai unggahan media sosial para pengunjung.
Jejak Panjang Sejak 1947
Untuk memahami kemegahannya sekarang, kita perlu menengok sejarahnya. Pembangunan Masjid Jami Al Fajri dimulai pada tahun 1947 oleh warga Kampung Grobogan wilayah yang kini dikenal sebagai Pejaten Barat. Pada masa awal, masyarakat membangun masjid secara swadaya, menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan jamaah. Setelah melalui proses panjang, bangunan tersebut rampung pada 1958.
Namun perjalanan masjid ini belum berhenti di situ. Seiring bertambahnya jamaah dan berkembangnya lingkungan, beberapa renovasi penting pun dilakukan. Renovasi besar terjadi pada 1965, disusul penyempurnaan struktur pada 1972. Dari tahun ke tahun, perubahan dilakukan secara bertahap hingga masjid tampil megah seperti sekarang.
Mengusung Gaya Utsmaniyah yang Ikonik
Keistimewaan utama Masjid Jami Al Fajri terletak pada arsitekturnya yang secara jelas mengadopsi gaya Utsmaniyah atau Ottoman. Inspirasi utamanya datang dari Masjid Sultan Ahmed di Istanbul, yang lebih dikenal dengan nama Blue Mosque ikon legendaris Turki yang terkenal akan kubah besar, menara anggun, serta interior kaya ornamen.
Tak heran jika banyak orang menyebut Masjid Jami Al Fajri sebagai miniatur Blue Mosque. Saat memasuki ruang utama, pengunjung langsung disambut dominasi warna putih yang memberikan kesan bersih dan menenangkan. Selain itu, dinding dan kubah dipenuhi detail ornamen khas Turki, mulai dari motif bunga hingga kaligrafi Arab yang tertata indah mengelilingi ruang ibadah.
Kubah tengah menjadi pusat perhatian dengan dekorasi ala Ottoman yang menonjolkan kesan elegan. Setiap sudut masjid terasa seperti perpaduan antara keanggunan seni Islam dan atmosfer spiritual yang menenangkan. Tak hanya menjadi tempat ibadah, masjid ini pun menawarkan pengalaman visual yang memukau.
Dari Musala Menjadi Masjid Megah
Fauzi, sekretaris Masjid Jami Al Fajri, menjelaskan bahwa masjid ini awalnya hanyalah sebuah musala sederhana. Namun, seiring pertumbuhan jamaah, bangunan tersebut dibangun ulang dan diperluas. Renovasi demi renovasi dilakukan hingga akhirnya masjid mencapai bentuk megahnya saat ini.
Menurutnya, proses penyempurnaan masjid berlangsung dalam berbagai tahap, mulai dari pembangunan awal pada 1950-an, pembaruan arsitektur pada 1965, hingga renovasi lanjutan sampai tahun 2013. Puncaknya terjadi pada 2017 ketika Ketua Umum Masjid Jami Al Fajri, K.H. Abdul Husein, menggagas pembangunan total dengan konsep arsitektur Turki.
Untuk menentukan gaya yang tepat, pengurus masjid melakukan survei ke berbagai masjid di Jakarta dan luar Pulau Jawa. Dari rangkaian survei tersebut, arsitektur bergaya Ottoman dipilih karena mampu memberikan identitas kuat sekaligus keindahan visual yang berbeda dari masjid-masjid lain di kawasan tersebut.
Tiga Lantai dengan Fungsi Berbeda
Bangunan masjid setinggi tiga lantai ini dirancang dengan peran yang jelas. Lantai pertama digunakan sebagai area kegiatan sosial dan keagamaan, misalnya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) bagi anak-anak. Sementara itu, lantai dua dan tiga difungsikan sebagai area salat.
Bagi pengunjung, naik ke lantai tiga melalui tangga bagian belakang masjid menjadi pengalaman tersendiri. Dari sini, pengunjung bisa melihat detail interior Turki dengan lebih jelas. Tak mengherankan jika banyak orang memilih spot ini untuk mengambil foto, terutama karena cahaya natural dari kubah semakin mempercantik suasana.
Nyaman, Bersih, dan Ramah Jamaah
Salah satu jamaah, Yulia, mengungkapkan rasa nyaman yang ia dapatkan saat beribadah di masjid ini. Selain lokasinya yang dekat dengan tempat tinggalnya, kebersihan masjid selalu terjaga. Menurutnya, ukuran Masjid Jami Al Fajri yang cukup besar untuk kawasan Pejaten Barat serta tampilan arsitekturnya yang unik membuatnya terasa seperti masjid di luar negeri.
Akses Mudah Menuju Lokasi
Masjid Jami Al Fajri beralamat di Jalan Al Fajri Nomor 17, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Masjid ini buka setiap hari pukul 04.00–21.00 WIB. Untuk mencapai lokasi, pengunjung dapat naik KRL dan turun di Stasiun Pasar Minggu. Dari sana, perjalanan dapat dilanjutkan dengan angkot merah S05 atau ojek daring dengan waktu tempuh sekitar 10 menit.
Nuansa Turki Tanpa Paspor
Dengan kemegahan ala arsitektur Ottoman, Masjid Jami Al Fajri menjadi destinasi menarik bagi siapa pun yang ingin merasakan suasana Turki tanpa harus bepergian jauh. Tidak hanya memberikan pengalaman spiritual yang menenangkan, masjid ini juga menawarkan keindahan visual yang menyaingi bangunan-bangunan megah di negeri dua benua tersebut.











