JAKARTA, 30 Oktober 2021 – Festival Indonesia Hidden Heritage Week (IHHW) 2021 yang diadakan Kreatif Hub Indonesia Hidden Heritage (IHH) sejak 21 Oktober 2021 berakhir pada Sabtu, 30 Oktober 2021. Rangkaian acara festival ditutup dengan “Heritage Tourism Development Forum” yang menghadirkan Kepala Bidang Perlindungan Budaya Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Norviadi Setio Husodo, Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sherly Yuliana, perwakilan Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Irfal Guci, Jurnalis Dudy Oskandar, Indra Diwangkara dari Jakarta Good Guide dan Diah Krisna dari PEAK Destination Management Company (DMC) sebagai panelis.
“Pada tanggal 25 Oktober 2021, Indonesia Hidden Heritage Week 2021 telah mengangkat tema diskusi tentang pengembangan kota pusaka. Senang sekali hari ini kita dapat segmented berbicara tentang salah satu kota pusaka yang luar biasa, Jakarta yang merupakan gerbang utama dikenalkannya Indonesia kepada dunia, selain Bali,” kata Founder Indonesia Hidden Heritage sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Hidden Heritage Week 2021, Nofa Farida Lestari.
Melalui kegiatan yang berisi dialog, diskusi dan pertukaran opini secara partisipatif antara para pemangku kepentingan dan masyarakat ini diharapkan dapat memperoleh pemahaman hingga solusi dalam mengembangkan potensi wisata heritage di Jakarta Barat.
Forum diskusi dibuka dengan paparan dari Kepala Suku Dinas Parekraf Sherly Yuliana. Menurut Sherly, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merancang Kota Tua sebagai destinasi wisata sejarah bertaraf internasional yang berkelanjutan secara ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan.
“Kota Tua juga sedang ditata sebagai kawasan pelestarian cagar budaya layak huni, rendah emisi dan ramah turis yang mendukung fungsi campuran berupa hunian, perkantoran, perdagangan, rekreasi dan pariwisata. Untuk mewujudkannya, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Perlu melibatkan para pemangku kepentingan, terutama komunitas untuk membantu mempromosikan Kawasan Kota Tua,” papar Sherly.
Sherly memaparkan pula bahwa rencana pengembangan kawasan destinasi wisata di Provinsi DKI Jakarta akan berfokus pada dua hal utama, yaitu placemaking kawasan urban di setiap wilayah kota administrasi dan pembukaan kembali destinasi wisata secara bertahap menyesuaikan dengan situasi pandemi COVID-19.
Placemaking sebagai bagian dari strategi revitalisasi kawasan urban mencakup Kawasan Kota Tua dan Glodok yang diimplementasikan dengan meningkatkan standar kebersihan Kota Tua, percepatan aktivasi event, narasi dan pembuatan display elektronik, beautifikasi Kawasan Kota Tua melalui pemasangan furnitur di jalan, instalasi seni dan lampu-lampu taman, serta revitalisasi bangunan tua lain.
Rencana aktivasi periode 2021-2022 terdiri dari penyelenggaran Jazz Goes to Kota Tua, Festival Tempo Doeloe, pergelaran Akhir Pekan di Kota Tua, JIPFest Kota Tua dan Familiarization Trip.
Sambil menata Kota Tua sebagai destinasi wisata sejarah bertaraf internasional, pemerintah tengah berupaya membangkitkan kembali sektor pariwisata yang terdampak pandemi dengan fokus menarik wisatawan lokal untuk berkunjung ke Kawasan Kota Tua.
Menengok Potensi Wisata Jakarta Barat
Kepala Suku Dinas Parekraf Sherly Yuliana mengungkapkan bahwa Jakarta Barat tidak hanya memiliki Kota Tua sebagai destinasi wisata. “Ada pula pariwisata urban, taman rekreasi serta wisata heritage, edukatif dan kuliner yang dapat mendongkrak ekonomi kreatif,” terang Sherly.
Selain Kota Tua, destinasi wisata lain di Jakarta Barat yang potensial dikembangkan antara lain Hutan Kota Srengseng, Taman Cattleya di Kecamatan Kebon Jeruk, Tribeca Park di Central Park, Masjid An Nawir Pekojan, Masjid Al-Anwar Angke, Gereja Sion, Gereja Santa Maria, Wihara Dharma Bhakti, dan Gedung Arsip Nasional.
Kawasan Kota Tua merupakan urban heritage terbesar di dunia seluas 139 hektare yang 35 hektare terletak di Taman Sari dan Tambora, Jakarta Barat, serta sebagian lagi di Penjaringan Jakarta Utara. Tantangannya adalah saat ini telah terjadi degradasi bangunan fisik bangunan bersejarah akibat tidak terurus oleh pemiliknya sehingga kondisinya terbengkalai, rusak, bahkan ada yang telah rata dengan tanah.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen mempertahankan kelestarian bangunan bersejarah untuk mengangkat kembali potensi wisata sejarah sehingga sektor pariwisata dapat kembali bangkit setelah pandemi.
Melengkapi pemaparan Sherly, Irfal Guci dari Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kawasan Kota Tua memaparkan tentang potensi wisata Kota Tua yang terdiri dari wisata museum, religi, kuliner dan belanja, bangunan tua, dan bahari. Potensi wisata lainnya adalah Pulau Onrust, Cipir dan Kelor, sepeda Onthel, Kali Besar yang sudah direvitalisasi, dan Meriam Si Jagur.
“Sejauh ini ada tujuh museum di Kota Tua yang sangat bagus,” kata Irfal. Tujuh museum itu ialah Museum Bahari, Seni Rupa Keramik, Wayang, Sejarah Jakarta, Bank Mandiri, Bank Indonesia dan 3D. Pengembangan saat ini, yang paling dekat dengan Kota tua adalah penataan Stasiun Jakarta Kota yang diperkirakan selesai 2025.
Diskusi menghadirkan pula sudut pandang pasar yang diwakili Indra Diwangkara dari Jakarta Good Guide dan Diah Krisna dari PEAK DMC.
“Kawasan Kota Tua dikelola dua dinas berbeda, besar harapan kami selaku perwakilan pramuwisata ada sinkronisasi kebijakan antara dua dinasnya,” ungkap Indra.
Selain itu Indra mengungkapkan pula pengalamannya mengenai keramahan petugas keamanan yang berkurang sejak Kawasan Kota Tua dikelola dua dinas berbeda.
Sementara Diah menyampaikan pesannya agar informasi yang diterima perusahaan manajemen destinasi sesuai dengan praktik di lapangan agar pemandu wisata dapat memberi penjelasan akurat kepada wisatawan.
Dari pihak media, Dudi Oskandar selaku jurnalis menyampaikan pendapatnya mengenai pengembangan kawasan kota pusaka yang tidak merata antara Ibu Kota dan daerah. “Pengembangan kota tua di daerah-daerah tidak sepesat di Jakarta,” ungkapnya.
Menurut Dudi pemerintah daerah belum memiliki komitmen untuk memajukan sektor pariwisata berbasis sejarah dan dan budaya sehingga pengelolaan bidang ini tidak ditunjang anggaran dan sumber daya manusia yang baik serta berakhir menjadi kawasan kumuh.
Perwakilan media lain, Dewi Caprianita menyampaikan pandangannya mengenai peran media dalam menjaga kelestarian dan mempromosikan Kota Tua melalui pemberitaan. Ia juga menyarankan perlu adanya souvenir yang mendukung eksistensi kota pusaka di kalangan wisatawan mancanegara.
Menanggapi pesan dari penyedia jasa manajemen destinasi, pemandu wisata dan media, Kepala Bidang Perlindungan Budaya Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Norviadi Setio Husodo menyebutkan upaya pengembangan dan promosi Kota Tua perlu ada kolaborasi dengan para pemangku kepentingan karena pemerintah tidak dapat berjalan sendiri. “Perlu ada dukungan dari pihak swasta dalam mengelola kawasan Kota Tua,” pungkasnya.
Tentang Indonesia Hidden Heritage
Indonesia Hidden Heritage (IHH) adalah kreatif hub yang didirikan oleh Nofa Farida Lestari dan Sriwulantuty R O. Sejak didirikan pada tanggal 10 November 2018, IHH aktif melakukan berbagai aktivitas untuk mengembangkan dan mempromosikan destinasi wisata heritage di Indonesia. Melalui berbagai program kreatif dan kolaborasi IHH bertujuan untuk memperkuat profesionalitas pengelolaan Wisata Heritage memperhatikan trend pariwisata yang berkembang dinamis dan meningkatkan minat serta kunjungan wisatawan di destinasi wisata heritage. Seluruh program dan informasi terkait Indonesia Hidden Heritage Week 2021 dapat diakses melalui Facebook page Indonesia Hidden Heritage dan Instagram @indonesiahiddenheritage dan kanal IHH di www.traveldiva.id
Media Kontak :
Rina Garmina
Media Relations Manager
[HP] 08578.0230.329
[E] r.rina.garmina@gmail.com