chua lam
Sour Lam, Kritikus kuliner Asia.

A sad news again enveloped the Asian culinary world. One of the most influential pillars and votes, Sour Lam, have passed away forever. Bagi para penikmat gastronomi, namanya bukan sekadar identitas seorang kritikus kuliner, melainkan sebuah jaminan kualitas, petualangan rasa, dan filosofi mendalam tentang bagaimana makanan seharusnya dinikmati. Kepergiannya di usia 83 tahun bukan hanya meninggalkan duka, tetapi juga sebuah ruang kosong yang sulit terisi di panggung kuliner global.

Launched via VN Express, kepergian Sour Lam menjadi pengingat bahwa warisan sejati seorang maestro tidak hanya diukur dari karya yang ia ciptakan, tetapi juga dari inspirasi yang ia tebarkan. Dikenal sebagai salah satu dariEmpat Talenta Hebat Hong Kong”, pengaruhnya melampaui kolom ulasan dan program televisi. Ia mengajarkan sebuahresep hidup”: bahwa menikmati makanan adalah bagian esensial dari menikmati kehidupan itu sendiri.

Kabar Duka yang Mengejutkan Dunia Kuliner

Dunia dikejutkan dengan pengumuman resmi yang dirilis melalui laman Facebook Chua Lam pada hari Jumat. Pernyataan tersebut mengonfirmasi bahwa sang maestro telah meninggal dunia dengan tenang pada hari Rabu di Hong Kong Sanatorium and Hospital. Momen-momen terakhirnya dihabiskan dengan damai, dikelilingi oleh keluarga dan sahabat terdekat, sebuah penutup yang syahdu bagi perjalanan hidupnya yang luar biasa. Kabar ini sontak memicu gelombang ucapan belasungkawa dari seluruh penjuru dunia, dari para koki ternama hingga jutaan pengagum yang pernah tersentuh oleh ulasan dan pandangannya.

Sesuai dengan wasiatnya, tidak ada upacara pemakaman yang digelar. Pihak keluarga menghormati keinginan Chua Lam agar jenazahnya langsung dikremasi untuk menghindari kerepotan bagi kerabat dan teman-teman. Keputusan ini seolah mencerminkan kepribadiannya yang dikenal rendah hati dan tidak suka merepotkan orang lain. Bahkan di akhir hayatnya, ia memilih jalan yang sederhana, sebuah kontras yang indah dengan kemegahan dunia kuliner yang sering ia ulas, menunjukkan bahwa esensi kehidupan baginya terletak pada ketenangan, bukan kemewahan seremonial.

Sebelum kabar duka ini tersiar, desas-desus mengenai kesehatan Chua Lam yang memburuk memang sempat beredar luas pada akhir April. Beberapa laporan bahkan mengklaim bahwa ia dirawat intensif di rumah sakit. However, kabar tersebut sempat ditepis oleh asistennya, Yeung Ngo, dan juga oleh Chua Lam sendiri melalui media sosial. Ia meyakinkan para pengikutnya bahwa kondisinya tidak kritis dan berterima kasih atas perhatian yang diberikan. Klarifikasi ini sempat memberikan kelegaan, namun takdir berkata lain, dan sang legenda pun akhirnya berpulang.

Dari Singapura ke Puncak Dunia: Perjalanan Karier Seorang Maestro

Lahir di Singapura pada tahun 1941, benih kecintaan Sour Lam pada seni dan budaya sudah tertanam sejak usia muda. Ia tidak langsung terjun ke dunia kuliner, melainkan memulai perjalanannya dengan hasrat pada film, art, dan sastra. Latar belakang yang kaya inilah yang kemudian membentuk perspektifnya yang unik dalam memandang makanan. For him, makanan bukanlah objek statis, melainkan sebuah karya seni yang dinamis, penuh cerita, warna, dan emosi, sama seperti sebuah film atau lukisan yang bagus.

Titik balik dalam kariernya terjadi pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, ketika ia mulai memfokuskan energinya pada dunia gastronomi. Dengan cepat, namanya meroket sebagai kritikus kuliner yang paling disegani. Ulasannya, yang dimuat di berbagai media cetak dan program televisi, dikenal tajam, jujur, namun tetap puitis. Ia tidak hanya mengkritik, tetapi juga mengedukasi pembaca dan pemirsanya, membuka mata mereka terhadap detail-detail yang sering terlewatkan. Puluhan buku yang ia tulis, mulai dari jurnal perjalanan hingga kritik kuliner dan refleksi kehidupan, menjadi panduan bagi banyak orang.

Tak hanya berhenti sebagai pengamat, Chua Lam juga seorang pelaku industri yang ulung. Ia membuka restorannya sendiri dan, yang lebih fenomenal, mengorganisir tur-tur gastronomi eksklusif ke berbagai penjuru Asia dan dunia. Tur ini bukanlah sekadar liburan biasa; para peserta diajak untuk berpetualang rasa, mengunjungi empat hingga lima restoran dalam sehari untuk berburu hidangan lokal terbaik. Banyak dari permata tersembunyi yang ia temukan dalam tur ini kemudian diabadikannya dalam tulisan, menyebarkan pesona kuliner lokal ke panggung internasional dan meninggalkan warisan Chua Lam yang tak ternilai.

Warisan Tak Lekang Waktu: Lebih dari Sekadar Makanan

Jika ada satu hal yang menjadi warisan Chua Lam paling berharga, itu adalah filosofinya bahwa makanan adalah jembatan menuju pemahaman budaya. Ia tidak pernah menilai sebuah hidangan hanya dari rasanya. For him, setiap gigitan adalah sebuah cerita tentang sejarah, geografi, tradition, dan kerja keras orang-orang di baliknya. Ia merayakan warung kaki lima dengan antusiasme yang sama besarnya seperti restoran berbintang Michelin, mengajarkan bahwa kelezatan sejati tidak mengenal kelas sosial.

Pengaruh Chua Lam terasa begitu kuat karena ia berhasil mengubah cara pandang banyak orang terhadap makanan. Ia menginspirasi generasi baru para pencinta kuliner, penulis makanan, dan bahkan koki untuk lebih berani bereksplorasi dan lebih dalam menghargai. Ia mengajarkan untuk makan dengan kesadaran penuh, menggunakan semua indera untuk menangkap setiap nuansa. Filosofimenikmati hidup lewat makananyang ia usung menjadi mantra bagi jutaan pengikutnya di seluruh dunia, menjadikannya lebih dari seorang kritikus, tetapi seorang guru kehidupan.

Now, Sour Lam telah tiada, namun semangatnya akan terus hidup di setiap piring yang disajikan dengan cinta, di setiap warung lokal yang ia angkat derajatnya, dan di hati setiap orang yang belajar untuk menemukan kebahagiaan dalam sesederhana semangkuk mi. Ia akan dikenang bukan hanya karena daftar restoran terbaik yang pernah ia rekomendasikan, tetapi karena kegembiraan, keingintahuan, dan penghargaan mendalam terhadap kehidupan yang ia bagikan melalui kecintaannya pada makanan. Dunia kuliner mungkin telah kehilangan salah satu suaranya yang paling lantang, tetapi gema pemikirannya akan terus terdengar selamanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here