Traveldiva.id — Dulu Papua merupakan negara yang dianggap menyeramkan, namun kini banyak yang tertarik untuk melancong ke negara tersebut, termasuk para fotografer. Tak hanya merasakan budaya yang penuh warna dan tradisi yang unik, tapi juga karena keindahan satwa-nya, Birds of Paradise atau Burung Cenderawasih.
Dilansir melalui Breaking Travel News, Sabtu, 22 Juli 2023, bagian terbaik dari Papua Nugini adalah jalan antara Goroka dan Gunung Hagen. Di dekat Gunung Hagen ada fenomena lain yang memikat fotografer ke Papua Nugini, yakni burung cendrawasih. Legenda mengatakan bahwa burung-burung ini terbang selamanya dan tidak pernah menyentuh tanah atau beristirahat di pohon. Entah benar atau tidak, burung cenderawasih termasuk makhluk terbang terindah dan memiliki ragam warna di bumi.
Dari 42 spesies burung cenderawasih, semuanya kecuali dua, ditemukan di Papua Nugini. Meskipun sebagian besar burung cendrawasih jantan memiliki bulu yang spektakuler, ada beberapa spesies di mana jantan dan betina memiliki bulu yang hampir identik, umumnya tampak sederhana. Pewarnaan dan jenis bulu bervariasi secara drastis di antara spesies.
Menemukan burung yang luar biasa ini di tengah dedaunan lebat bisa sangat menantang. Namun, dengan bantuan suku setempat, yang mengetahui kebiasaan burung dan lingkungan tempat tinggalnya, burung cantik ini dapat dengan mudah ditemukan.
Burung Cenderawasih, Idola Fotografer Papua
Sejatinya, Papua Nugini telah menjadi tempat yang nyaman bagi para pelancong untuk menikmati keindahan negaranya. Hal ini bermula dari seorang fotografer Belgia dan pemimpin tur foto, David Van Driessche. Kala itu, dia mencari lokasi baru untuk perjalanan fotonya dan memutuskan untuk menjelajahi Papua Nugini serta banyak budaya lainnya.
Perjalanannya ke negara ini berkembang menjadi petualangan yang benar-benar berkesan saat dia mengembangkan persahabatan yang erat dengan anggota suku setempat. Dia menemukan teman-teman baru dan model-model penuh warna untuk tur fotografinya, tetapi yang lebih penting, Van Driessche berhasil mendorong suku-suku tersebut untuk membangun tempat tinggal di desa-desa terpencil tempat turis dan fotografer dapat tinggal selama beberapa hari.
Saat ini, beberapa suku sedang membangun pondok dan kamar berukuran kecil untuk menampung turis dan fotografer. Konstruksi utamanya menggunakan kayu yang dikumpulkan dari hutan sekitar. Unit-unitnya dirancang dengan indah dan mencakup fasilitas rumah, seperti tempat tidur yang nyaman, pancuran, toilet, lemari, dan rak pakaian. AC tidak terlalu diperlukan karena iklim pegunungan yang sejuk.
“Agen perjalanan saat ini memesan hotel yang terletak di kota jauh seperti, Goroka atau Gunung Hagen, yang membutuhkan perjalanan berjam-jam ke desa-desa suku yang ada. Ini memungkinkan hanya beberapa jam dengan suku sebelum kembali pada hari yang sama ke hotel di kota-kota itu, ”kata Van Driessche.
“Dengan pondok-pondok baru ini, saya dapat membawa kelompok turis dan fotografer dari satu suku ke suku berikutnya tanpa harus meninggalkan daerah itu dan kembali ke kota. Itu berarti klien mendapatkan ‘pengalaman pencelupan penuh’ dengan suku-suku dan cara hidup mereka,” ujarnya.
Sekitar dua tahun lalu Van Driessche beruntung bertemu dengan Randy Hanna, juga seorang fotografer profesional dan pemimpin tur foto yang berbasis di Amerika Serikat. Bersama-sama mereka berkolaborasi untuk membantu menghasilkan pendapatan bagi kelompok etnis di Papua Nugini.
Dengan kerjasama dan dukungan finansial dari Hanna, Van Driessche mulai membangun penginapan ramah lingkungan dengan dua kelompok budaya paling terkenal, penuh warna, dan menarik di Papua Nugini, yakni suku Asaro Mudmen dan Mindima Skeleton.
Cek artikel traveldiva lainnya di Google News
Baca juga konten menarik tentang Otomotif untuk perempuan di Otodiva, info gadget untuk perempuan di Gadgetdiva.