PEH Cun atau Tradisi Sembahyang Bakcang biasa diperingati pada hari kelima bulan kelima di hitungan kalendar Lunar Tiongkok. Angka 5 memiliki makna filosofis. Artinya disaster atau kesialan. Itulah sebabnya saat Peh Cun dilakukan sembahyang untuk berdoa supaya tidak ada kesialan atau problem sepanjang tahun.
Di saat pandemi seperti sekarang, doa di Hari Peh Cun diharapkan agar tidak ada yang sampai kehilangan nyawa. “Jadi ada permohonan proteksi, pertolongan, dan juga kesembuhan selama tahun ini,” papar Master Fengshui Indonesia, Yohan Suyangga.
Selain sembahyang, biasanya juga satu orang menyediakan 5 bakcang atau kwecang. 或者, bisa juga dengan menyiapkan 5 macam atau kilogram buah-buahan. Bakcang memiliki 4 sudut. Setiap sudut mengandung makna, yaitu suami istri saling mencintai dan jangan bertengkar, keluarga selalu damai, sejahtera dan sehat, semua rezeki tidak ketinggalan, dan usaha serta karier sukses dan meningkat.
Ada satu keunikan di Hari Peh Cun. Tradisi ini biasanya disertai ritual menjemur air di ember pada pukul 09.00 直到 11.00. Air tersebut digunakan untuk mandi di jam 12 siang, saat gravitasi paling tinggi. 不, di jam 12 siang itu pula orang dapat berdirikan telur karena gravitasi sedang tinggi.
Di tengah pandemi seperti sekarang, Master Yohan menyarankan untuk menyediakan gelas. Lalu diisi dengan garam laut atau kasar setengah gelas, air setengah gelas. Kemudian letakkan di sisi utara supaya penghuni rumah terhindar dari masalah kesehatan selama pandemi. Paradiva dapat meletakkan di lantai atau meja.
Biasanya Peh Cun dimeriahkan dengan berbagai festival budaya di daerah seperti Festival Cisadane di Tangerang. Sayang, festival tersebut di tahun ini harus absen lantaran pandemi. Meski begitu, sebagai tradisi keluarga, Peh Cun tetap dapat dirayakan di rumah.
Perayaan tradisi ini di rumah mengandung harapan agar seluruh anggota keluarga mendapat perlindungan, kesehatan, kebahagiaan dan keselamatan. “Berbahagialah semua orang yang positif dan mau belajar tentang hidup berbahagia,” pungkas Master Yohan.