Paradiva, kabar duka kembali menyelimuti dunia penerbangan. Tragedi Air India AI171 yang rute penerbangannya dari Ahmedabad menuju London Gatwick menjadi sorotan global setelah pesawat berjenis Boeing 787 itu jatuh dalam penerbangan antarbenua yang seharusnya aman dan rutin.
Kecelakaan ini, disusul dengan tiga kecelakaan pesawat penumpang lainnya dalam enam bulan terakhir, menimbulkan kekhawatiran baru di benak para calon penumpang. Wajar saja jika banyak orang bertanya-tanya: Masih amankah bepergian menggunakan pesawat?
Namun, jika kita menelaah data dan fakta terkini dari dunia penerbangan, jawaban atas pertanyaan itu justru menenangkan.

Kejadian Langka di Tengah Catatan Keamanan Terbaik
Dilansir dari The Independent, Tragedi AI171 adalah insiden yang sangat jarang terjadi—terutama di rute penerbangan internasional yang melibatkan pesawat berbadan lebar seperti Boeing 787. Bahkan, pada tahun 2023, tidak ada satupun penerbangan penumpang terjadwal yang mengalami kecelakaan fatal, menjadikannya salah satu tahun paling aman dalam sejarah penerbangan.
Menurut Crispin Orr, Chief Inspector dari UK Air Accidents Investigation Branch (AAIB), “Penerbangan komersial tetap menjadi salah satu bentuk transportasi publik paling aman, dengan tingkat kecelakaan global yang terus menurun secara jangka panjang.”
Paradiva, pernyataan ini bukan sekadar klaim kosong. Kecelakaan fatal terakhir yang melibatkan maskapai Inggris terjadi lebih dari tiga dekade lalu, pada era 1980-an. Sejak itu, dunia penerbangan terus berbenah—baik dari sisi teknologi, regulasi, maupun pelatihan kru.
Tekad Industri Penerbangan: Obsesi pada Keselamatan
Salah satu alasan utama mengapa pesawat tetap dianggap aman adalah obsesi industri ini terhadap keselamatan. Risiko-risiko yang dulu kerap menyebabkan kecelakaan kini telah direkayasa ulang untuk diminimalkan, bahkan dihapuskan sepenuhnya.
Paradiva tentu ingat kasus dua kecelakaan fatal Boeing 737 Max beberapa tahun lalu. Kejadian tersebut langsung memicu penyelidikan besar-besaran dan berujung pada grounding global pesawat tersebut. Hasilnya, berbagai desain dan prosedur keselamatan kini diperketat.
Namun, di awal 2024, Boeing kembali menjadi sorotan setelah terjadi insiden pada salah satu pesawat 737 Max di mana door plug meledak saat pesawat berada di ketinggian 16.000 kaki. Meski tidak memakan korban, kejadian ini kembali memicu kekhawatiran akan budaya keselamatan di internal pabrikan pesawat tersebut.
Namun penting dicatat, tragedi Air India adalah yang pertama melibatkan Boeing 787, pesawat generasi baru yang mulai beroperasi sejak 2011. Meski sempat dikhawatirkan soal baterai lithium, tidak ada indikasi bahwa kecelakaan AI171 disebabkan oleh gangguan teknis pesawat.
Bandingkan dengan Moda Transportasi Lain
Satu hal yang kerap dilupakan publik saat mendengar kabar kecelakaan pesawat adalah: transportasi udara masih jauh lebih aman dibanding moda lain, seperti transportasi darat.
Sebagai contoh, di India sendiri, hampir 500 nyawa melayang setiap hari akibat kecelakaan lalu lintas. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding total korban jiwa dalam seluruh kecelakaan penerbangan komersial di dunia selama satu tahun terakhir.
Jadi, Paradiva, meski tragedi seperti Air India AI171 menyisakan luka, secara statistik, naik pesawat masih jauh lebih aman dibanding berkendara di jalan raya.
Belajar dari Setiap Tragedi
Industri penerbangan tak pernah menganggap remeh satu kecelakaan pun. Crispin Orr menegaskan, “Kecelakaan besar di Jepang, Brasil, Kazakhstan, dan Korea Selatan sepanjang 2024 mengingatkan kita bahwa keselamatan tidak boleh diambil sebagai sesuatu yang pasti.”
Ia juga menambahkan bahwa penyelidikan menyeluruh terhadap setiap insiden tetap menjadi langkah penting untuk mengungkap celah-celah keselamatan yang masih ada. Setiap tragedi, sesedih apapun, menjadi bahan evaluasi menyeluruh untuk mencegah hal serupa terjadi di masa mendatang.
Paradiva, inilah mengapa setelah setiap kecelakaan, publik kerap melihat pengetatan regulasi, perbaikan teknis, bahkan pembaruan pelatihan bagi awak penerbangan.