SECANGKIR kopi panas mendarat di meja. Dinginnya Sigandul View di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mendorong saya untuk segera menyeruput kopi yang disajikan sang empunya kafe. Empunya Sigandul View adalah Luthfi Naufal.
Perjumpaan saya dengan pemilik kafe tidaklah disengaja. Ketika tengah mencari hotel, kendaraan yang mengantarkan saya dari Semarang ke Temanggung melewati Sigandul View. Pengemudinya, Kokok, menyebutkan bahwa tempat tersebut memiliki pemandangan terbaik di Temanggung.
Tanpa sengaja, hotel yang kami tuju terletak persis di depannya. Penasaran dengan ucapan Kokok, usai check in, saya pun segera melangkahkan kaki ke kafe. Dari hotel ke Sigandul View tidak sampai 5 menit jalan kaki.
Sore itu, saya hanya memesan segelas kopi dan kentang goreng, serta memilih duduk di taman. Saya membayar sekitar Rp15 ribu untuk mendapatkan tempat di taman. Pemandangan dari taman sungguh indah. Deretan pepohonan hijau, termasuk tembakau, mampu menyejukkan mata dan hati.
Tempat ini memang cocok bagi Paradiva yang ingin relaks, terutama setelah hampir seminggu beraktivitas di kantor.
Keesokan harinya, saya dikenalkan dengan seorang pemangku kepentingan di proyek pembangunan kawasan wisata Posong, Zumy. Darinya lah saya dikenalkan kepada empunya Sigandul View.
Dari empunya kafe lah, saya tahu bahwa kopi yang disajikan di Sigandul View kebanyakan produksi lokal. Tak lupa, Luthfi memperkenalkan pula saya dengan kopi khas Posong, sebuah kawasan penghasil tembakau di Temanggung. Kopi Posong terkenal dengan keunikannya, yakni beraroma tembakau.
Selain menikmati kopi di kafe, pengunjung juga dapat membeli Kopi Posong bubuk untuk dibawa pulang. Harga satu pouch, sekitar Rp25 ribu.
4 Sisi yang Instragammable
Sigandul View adalah resto dan kafe tiga lantai. Setiap lantai menawarkan panorama indah. Tak kalah menarik, kafe berbentuk persegi panjang itu memiliki 4 sisi yang semuanya Instragammable. Cocok bagi Paradiva yang gemar selfie.
Gunung kembar Sindoro dan Sumbing juga dapat dilihat dari kafe, serta menjadi latar belakang foto yang keren. Khususnya, saat matahari terbit dan terbenam. Keunikan lain kafe ada pada jembatan kaca berbentuk lingkaran, yang lagi-lagi, Instagrammable. Untuk berpose di jembatan kaca, pengelola membatasi maksimal 10 orang.
Salah satu latar foto yang sayang untuk dilewatkan ialah Jembatan Sigandul. Jembatan yang diresmikan pada tahun 2016 itu memang telah lama dikenal sebagai spot selfie. しかし, selfie di Sigandul View dengan pemandangan Jembatan Sigandul yang terkenal itu juga tak kalah indah.
Kala panen tembakau tiba, pemandangan dari Sigandul View juga menjadi semakin unik. Paradiva dapat mengambil latar Jembatan Sigandul dengan tambahan pemandangan berupa deretan daun tembakau yang tengah dijemur di sepanjang Jalan Raya Parakan, Wonosobo KM8. Ini adalah lokasi Sigandul View dan Jembatan Sigandul.
Fasilitas
Sigandul View menggabungkan konsep wisata alam, restoran, kafe dan penginapan. Di dalam kawasan tersebut terdapat kandang kelinci, kolam ikan koi, dua villa, musala, dan tempat parkir mobil serta motor.
Villanya terdiri dari 2 tingkat dan dapat diisi sekitar 6 tamu. Di lantai satu terdapat kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari, dan kamar mandi dalam. Di lantai dua terhampar beberapa kasur berikut bantal dengan kaca jendela yang menawarkan pemandangan indah. Empunya villa menyebutkan lantai dua dapat digunakan bagi anak-anak. Lantai dua ini luas dan tanpa sekat, sehingga anak-anak dapat bebas bergerak dan bermain. Anak-anak yang menginap di villa juga dapat melakukan aktivitas luar ruang seperti memberi makan kelinci dan ikan.
Sigandul View terletak di Jalan Raya Parakan – Wonosobo KM 8, Area Sawah, Temanggung, Jawa Tengah. Tempat ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dari pusat kota Temanggung. Harga makanan dan minuman di kafenya mulai dari Rp15 ribu. Sementara villa, sekitar Rp2,5 juta/hari.
Sigandul View ini ibarat hidden gem di Jawa Tengah. Bagi saya yang baru pertama kali ke Temanggung, tempat ini dapat menjadi tempat melepas penat di akhir pekan setelah 5 hari bekerja di Jakarta.