JAKARTA, 29 Oktober 2021 – Festival Indonesia Hidden Heritage Week (IHHW) 2021 yang diadakan oleh Kreatif Hub Indonesia Hidden Heritage (IHH) menggelar virtual tour bertajuk “Jelajah Museum Kedokteran dan Rumah Sakit Bersejarah” dengan menggandeng Persatuan Kedokteran Wisata Indonesia (Perkedwi) pada Jumat, 29 Oktober 2021. Selama virtual tour berlangsung, peserta diajak mengikuti story telling mengenai sejarah pendirian RS Mata dr Yap dan menjelajah cagar budaya yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut secara daring.

“Virtual tour “Jelajah Museum Kedokteran dan Rumah Sakit Bersejarah” ini merupakan bentuk komitmen Indonesia Hidden Heritage dalam mendukung upaya pemerintah mengembangkan potensi pengembangan pariwisata berbasis sejarah budaya, termasuk wisata kesehatan (medical and wellness tourism),” kata Founder Indonesia Hidden Heritage (IHH) sekaligus Direktur Eksekutif Festival Indonesia Hidden Heritage Week (IHHW) 2021, Nofa Farida Lestari.

Virtual tour dimulai dengan sambutan dan story telling mengenai Perkedwi, sejarah pendirian Rumah Sakit Mata dr Yap yang disampaikan oleh Ketua Persatuan Kedokteran Wisata Indonesia, dr Mukti Rahadian.

Menurut dr Mukti E Rahadian MARS, MPH, konseptualisasi wisata kesehatan pada level kebijakan strategis telah masuk dalam dokumen pembangunan nasional, baik jangka menengah maupun pendek. Wisata kesehatan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 ada dalam proyek prioritas Kemenparekraf dan telah dicanangkan Menparekraf Sandiaga Uno di Universitas Udayana pada awal 2021.

“Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sangat mengapresiasi pengembangan konsep wisata kesehatan yang berbasis budaya, dengan menggabungkan nature (alam) dan culture (budaya). Ini cocok dengan teman-teman (pelestari sejarah budaya) yang ada di sini. Untuk itu, mari kita berkolaborasi menjadikan Perkedwi dan IHH sebagai salah satu ekosistem baru yang saya harapkan mampu meningkatkan daya saing di bidang kepariwisataan khususnya pada destinasi tematik Indonesia medical heritage,” kata Ketua Persatuan Kedokteran Wisata Indonesia, dr Mukti Rahadian, saat memberi sambutan dalam virtual tour “Jelajah Museum Kedokteran dan Rumah Sakit Bersejarah”.

Ketua Perkedwi tersebut mengungkapkan pula bahwa Menparekraf menilai pengembangan konsep wisata kesehatan berbasis budaya merupakan sebuah kearifan lokal dengan pendekatan yang fenomenal karena mengangkat kesehatan tradisional, tetapi ke depan akan optimal serta menjadi andalan bagi sektor pariwisata untuk mendatangkan devisa dan wisatawan.

5 Pilar Pengembangan Wisata Kesehatan

Basis pengembangan wisata kesehatan Indonesia terdiri dari 5 pilar. Pertama, pilar wisata medis. Kedua, wisata kebugaran, estetika, antipenuaan dan herbal tersertifikasi. Ketiga, wisata ilmiah kedokteran. Keempat, wisata olahraga yang mendukung kesehatan. Kelima, dukungan sektor kesehatan di destinasi prioritas dan superprioritas.

“Orang mengenal medical tourism sebagai wisata medis berbasis rumah sakit seperti dr Yap yang memberikan pelayanan unggulan di bidang oftalmologi atau kesehatan mata. Namun sebenarnya masih ada pilar-pilar lain yang belum dikembangkan dan ini merupakan sebuah novelty, fundamen yang baru, yang dapat kita kemas dengan kerja sama antara Perkedwi dan IHH untuk mengembangkan wisata-wisata kedokteran ilmiah maupun wisata-wisata tradisional berbasis sejarah di mana saja yang bisa kita munculkan sebagai sebuah pelayanan unggulan baru di bidang wisata kedokteran kesehatan di Indonesia,” papar dr Mukti.

Dengan kolaborasi antara Perkedwi dan IHH ke depan, dr Mukti berharap dapat bersama-sama mengubah paradigma dari medical services yang selama ini dikenal sebagai wisata kesehatan berbasis rumah sakit menjadi berbasis kepada 5 pilar yang dapat dikembangkan.

Gali Peluang

Sejarah pengobatan Indonesia merupakan salah satu daya tarik wisata kesehatan yang menarik untuk digali dan dapat menjadi materi dalam mengembangkan story telling yang menarik bagi para wisatawan dalam ruang lingkup medical heritage yang bisa dikembangkan oleh Perkedwi dan IHH.

Diawali sejarah panjang peradaban Bangsa Indonesia pada masa lalu, menghasilkan berbagai corak dan teknik jenis pengobatan yang dibawa oleh para pemuka agama dan berbaur dengan kebudayaan lokal menjadi sebuah kearifan lokal yang dimiliki Bangsa Indonesia.

Pengembangan wisata kesehatan berbasis agama dan budaya dapat dilakukan dengan menggali bentuk, cara pengobatan dan situs-situs pada era masuknya pengobatan ala Islam, Romawi Yunani, Hindu, Tiongkok serta Electism dari Amerika dan Eropa bersamaan dengan penyebaran ajaran Kristen di Indonesia.

Ketua Perkedwi dr Mufti memaparkan bahwa Islamic medicine dibawa pedagang Gujarat dan arab ke Samudera Pasai di Aceh, kemudian berkembang ke ujung Sumatera, Banten, Jawa Barat, Batavia, Madura, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Pengobatan Romawi Yunani masuk ke Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara. Sementara penyebaran agama Hindu membentuk budaya Ayurveda di Bali, Kalimantan, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pengobatan ala Chinese medicine banyak diadopsi di Kalimantan.

Kebutuhan publik terhadap wellness tourism sangat tinggi di “Zaman Now”. Di dalamnya terdapat 6 unsur yang dapat digali untuk menciptakan potensi pengembangan wisata kesehatan atau kebugaran, terutama pada pilar wellness, antiaging, serta jamu bersertifikasi keilmuan kedokteran.

Global Wellness Institute menyatakan ada 6 unsur yang berpotensi dikembangkan sebagai wisata kesehatan, yaitu dimensi fisik, mental, spiritual, emosional, sosial dan lingkungan alam.

Letak heritage dalam 6 unsur itu terdapat pada dimensi lingkungan. Wisatawan pencari kebugaran diri akan mengunjungi objek wisata terkait lingkungan yang menawarkan aktivitas hiking, mendaki gunung, bersepeda, lari, menjelajah budaya, alam, dan program kerelawanan. Destinasi wisata yang mereka kunjungi adalah hutan lindung, suaka margasatwa, situs warisan budaya, ecoresort, dan pemukiman adat.

“Ini adalah peluang yang dapat kita ciptakan untuk meningkatkan daya saing wisata berbasis medical heritage ke depan,” pungkas dr Mukti.

Tentang Indonesia Hidden Heritage

Indonesia Hidden Heritage (IHH) adalah kreatif hub yang didirikan oleh Nofa Farida Lestari dan Sriwulantuty R O. Sejak didirikan pada tanggal 10 November 2018, IHH aktif melakukan berbagai aktivitas untuk mengembangkan dan mempromosikan destinasi wisata heritage di Indonesia. Melalui berbagai program kreatif dan kolaborasi IHH bertujuan untuk memperkuat profesionalitas pengelolaan Wisata Heritage memperhatikan trend pariwisata yang berkembang dinamis dan meningkatkan minat serta kunjungan wisatawan di destinasi wisata heritage. Seluruh program dan informasi terkait Indonesia Hidden Heritage Week 2021 dapat diakses melalui Facebook page Indonesia Hidden Heritage dan Instagram @indonesiahiddenheritage dan kanal IHH di www.traveldiva.id

Media Kontak :

Rina Garmina

Media Relations Manager

[HP] 08578.0230.329

[E] r.rina.garmina@gmail.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini