Pencarian bangkai kapal. (Dok: Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Pencarian bangkai kapal. (Dok: Kementerian Kelautan dan Perikanan)

DENTUM menggelegar di Tulamben, Bali. Sekejap itu jua, asap hitam pekat membumbung tinggi di laut. Sekonyong-konyong, tampak kapal bergerak dari timur. Gerakannya tidak wajar. Menepi, lalu kandas dan terdeposisi ke dasar Perairan Tulamben. Deposisi adalah proses tenggelamnya kapal ke dasar perairan hingga terendapkan menjadi bangkai kapal.

Amukan torpedo berhasil menenggelamkan kapal yang kemudian diketahui bernama USAT Liberty Glo. Ada hikayat pada tragedi tenggelamnya kapal ini. Seperti dikisahkan saksi mata, I Nyoman Kariyasa, kepada Bali Express, kapal perang Amerika Serikat itu karam di tahun 1942, saat tragedi Perang Dunia II berlangsung.

Kariyasa yang saat itu berusia 7 tahun mengaku melihat sendiri kejadiannya. Meski begitu, ia tidak tahu itu kapal siapa, darimana dan mau ke mana kapal tersebut. Yang ia lihat hanyalah kapal datang dari arah Lombok.

Sarat Nilai Historis

Data Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta mengungkap, kapal perang Amerika Serikat jenis kargo itu diluncurkan pada 19 Juni 1918. Liberty mulai digunakan kala Perang Dunia I hampir berakhir. Lantas kembali dipakai ketika Perang Dunia II, untuk pengiriman logistik militer Amerika Serikat.

Saat menjalankan tugas dari Australia menuju Filipina, Liberty ditorpedo kapal selam I-166 milik Jepang yang tengah patroli di Selat Badung. Kemudian jalannya terseok-seok. Awak kapal dan Liberty diselamatkan dua kapal sekutu, USS Paul Jones dan HNLMS Van Ghent menuju Singaraja.

Namun malang, lubang besar akibat tembakan torpedo membuat kapal kemasukan banyak air sehingga tidak dapat diselamatkan. “Besi terapung” ini akhirnya terdampar di Pantai Tulamben. 20 tahun kemudian Gunung Agung meletus dan membuat kapal terseret ke dasar laut.

Surga Bawah Laut

Berpuluh-puluh tahun kemudian, bangkai Liberty telah berubah wujud. Kapal karam itu kini menjadi karang dan rumah ratusan biota laut. Campuran logam pada Kapal Liberty menjadi media bagi karang dalam membentuk terumbu nan indah. Keindahan terumbu karang dan warna-warni biota laut yang melekat pada bangkai kapal karam menjadi surga bawah laut pecinta olahraga selam.

Liberty bukan satu-satunya kapal perang beserta benda berharganya yang “jatuh” ke laut dan membawa berkah bagi wisata bahari. Data Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) menunjukkan ada 464 Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) di 21 daerah.

Selama Perang Dunia II memang banyak kapal tenggelam di perairan Indonesia. Bangkainya menjadi saksi bisu perseteruan pasukan Sekutu dengan tentara Jepang dalam menguasai Kawasan Asia Pasifik. Berpuluh-puluh tahun kemudian, kapal karam dan muatannya menjadi Cagar Budaya Bawah Air (CBBA).

Cagar Budaya Bawah Air (CBBA) adalah tinggalan budaya masa lalu yang terletak di bawah permukaan air laut, sungai, danau dan rawa berusia minimal 50 tahun yang memiliki peran penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah dan kebudayaan.

Sebut saja, Kapal Maru milik Jepang, kapal selam Pemburu Lancaster Bomber milik Jepang dan kapal kargo Hakko Maru yang semuanya kandas di Pulau Samalona. Tambahin kapal karam di Talaud.

Kemelekatan nilai historis pada bangkai kapal tenggelam ini menyimpan potensi besar untuk menjadi atraksi wisata bawah air. Terbukti, pelestarian kapal karam berselimut terumbu karang telah berbuah manis, menjadi surga wisata selam yang memanjakan mata sekaligus tempat refreshing para traveler.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini