Senin, 16 Januari 2023, Indonesia Hidden Heritage Creative Hub (IHHCH) bersama Tim Transisi Badan Layanan Umum (BLU) Museum Nasional melakukan pertemuan untuk bertukar pikiran dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Museum-museum bersejarah. Pertemuan yang berlangsung di Museum Nasional ini dihadiri oleh tim dari IHHCH serta Tim Transisi BLU, Ibu Irmina Maria Silas. Walaupun pertemuan ini cukup singkat, tetapi kedua pihak menunjukkan adanya kesamaan misi untuk mentransformasikan museum menjadi ruang kreatif publik.
IHHCH sendiri memiliki fokus utama dalam menghidupkan tempat-tempat wisata heritage dan bersejarah menjadi sebuah ruang kreatif publik yang dikemas dalam bentuk yang menarik. Tempat wisata ini bisa berupa Museum, bangunan atau tempat peninggalan bersejarah lainnya. Dengan konsep ruang kreatif publik, diharapkan juga mampu memberikan keuntungan bagi daerah setempat dan mempromosikan museum sebagai produk wisata heritage di perkotaan.
Direktur Eksekutif IHHCH, Nofa Farida Lestari menyampaikan, bahwa saat ini IHHCH secara aktif berkolaborasi dengan Museum Kebaharian Jakarta. Kolaborasi ini bertujuan untuk mempromosikan Museum melalui berbagai koleksi tradisi kebaharian bangsa Indonesia, dan meningkatkan kunjungan wisata ke museum. Kegiatan promosi ini dilakukan IHHCH dengan memanfaatkan lokasi museum sebagai venue mengadakan program-program kreatif yang bisa dihadiri oleh masyarakat umum, terutama anak-anak dan remaja. Dengan diadakannya program kreatif ini, diharapkan bisa memberikan awareness kepada masyarakat luas mengenai museum, dan meningkatkan kunjungan ke Museum. الى جانب ذلك, program Capacity Building pengelola museum yang berorientasi kepada layanan visitor di harapkan dapat meningkatkan kunjungan.
Capacity Building dan Tantangan Pengelolaan
Capacity Building dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan pengelola museum dalam mempromosikan product knowledge dari museum itu sendiri. Sebagai tolak ukur, kolaborasi dengan berbagai museum-museum di luar negeri juga sangat diperlukan, terutama bagi negara-negara yang berhasil mengubah museum kesejarahannya sebagai tujuan rekreasi turis lokal maupun internasional.
Program pelatihan di desain untuk menjawab tantangan dan masalah yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke museum. Adapun permasalahan yang dihadapi museum-museum ini, di antaranya pendataan pengunjung yang belum sistematis, anggaran yang terbatas untuk program-program dan kampanye museum, keterbatasan jumlah SDM Museum, Skill dan Knowledge SDM yang masih terbatas, kurangnya product knowledge dari pengelola museum, serta pemanfaatan teknologi yang belum maksimal.
Maka dari itu, hal ini menjadi PR bersama bagi pihak museum, lembaga-lembaga terkait, dan otoritas setempat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Dengan memperbaiki kualitas SDM dan Financing, maka Museum dapat menghadirkan strategi pengelolaan dan pemasaran yang lebih efektif.
Museum sebagai Badan Layanan Umum
Museum Nasional yang juga biasa disebut Museum Gajah, merupakan salah satu museum yang menyimpan cerita kesejarahan Indonesia. Museum ini menyimpan sekitar 190.000 benda-benda bernilai sejarah yang terdiri dari 7 jenis koleksi yakni Prasejarah, Arekeologi masa Klasik atau Hindu-Budha, Numismatik dan Heraldik, Keramik, Etnografi, Georgrafi, dan Sejarah. Bangunan ini memiliki dua Gedung, yaitu Gedung A yang digunakan untuk ruang pamer dan wahana Imersifa. Dan Gedung B atau Gedung Arca, bisa digunakan untuk kantor, ruang konferensi, laboratorium, ruang pameran temporer, area komersil dan perpustakaan. Pada tanggal 22 يمشي 2021, Museum Nasional juga telah ditetapkan sebagai instansi Pemerintah Pusat dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Menurut Ibu Irmina, pengunjung museum saat ini diperkirakan masih didominasi sekitar 90% oleh siswa-siswi sekolah yang melakukan field trip, sementara hanya 10% berasal dari turis. Hal ini menjadi catatan bagi otoritas publik serta pengelola gedung untuk membuat para turis untuk mau berkunjung ke museum bersejarah. Kembali lagi, hal ini harus dibarengi dengan pengemasan museum yang menarik.
BLU sendiri merupakan sebuah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, namun dalam melakukan kegiatannya harus didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Menjadikan museum sebagai BLU artinya museum bekerja secara mandiri atau self financing, yang didukung pula dengan SDM yang harus dipersiapkan dengan matang. Museum juga diharapkan mampu memberikan program-program yang menarik dan berkualitas yang manfaatnya bisa dirasakan masyarakat, terutama Generasi Milenial dan Gen Z, yang merupakan target potensial untuk memadati museum. Dengan adanya edukasi yang baik bagi SDM museum, serta juga beradaptasi dan melibatkan perkembangan teknologi, tentunya hal tersebut akan meningkatkan performa museum, sekaligus mengubah stigma museum yang terkesan kuno.
Pengembangan museum dari segi bangunan, tata pamer dan program, menjadi hal penting yang akan meningkatkan kunjungan wisatawan dan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah. Lokasi sekitar museum juga bisa dikembangkan menjadi ruang bisnis bagi UMKM lokal sehingga berdampak terhadap kesejahteraan perekonomian masyarakat.
Media and Community Officer
Syafa Khalisha Ifadha
بريد إلكتروني: indonesiahiddenheritage@gmail.com
Menara Cakrawala Lt 12 Suite Infiniti Office 1205
Jl MH Thamrin No 9 Jakarta Pusat 10340