Di kala diri mulai jenuh beraktivitas di rumah saja, undangan mengikuti virtual tour ke Bintan langsung disanggupi. Undangan itu bak ajakan kencan dari kekasih. Membuat hati berbunga-bunga. Tidak sampai 30 menit, jari jemari ini langsung bergerak membantu diri mendaftar sebagai peserta virtual tour.
Ya, sudah dua bulan kaki terasa gatal ingin segera melakukan wisata adventur. لكن, lamunan dan kenyataan ternyata tidak berjalan seiring. Anjuran beraktivitas di rumah untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 membuat kaki ini tidak dapat melangkahkan kaki untuk pelesir.
Maka, ajakan virtual tour ke Bintan pun Travel Diva sambut baik. Setidaknya, imajinasi dapat bermain selama mengikuti virtual tour yang diadakan komunitas alumni lintas SMA angkatan 1994, be94ul, bersama Banyan Tree dan Pirtual Project. Bintan Mangrove adalah salah satu destinasi wisata di Bintan yang masuk dalam daftar virtual tour siang itu, 28 Mei 2020.
Menyusuri hutan bakau
Hutan bakau yang terbelah oleh Sungai Sebong itu merupakan area konservasi. Menyusuri Bintan Mangrove harus menggunakan perahu mesin. Petualangan dimulai dengan melewati jembatan berukuran sempit yang tersambung ke dermaga. Dari dermaga, kami dibawa menaiki perahu. Satu perahu bisa diisi maksimal 8 الناس.
Saat tiba di dermaga, mesin perahu sudah dinyalakan. Hati senang bukan kepalang kala perahu mulai berjalan. Tanpa disadari, perahu tiba-tiba sudah melesat ke tengah sungai. Di sepanjang perjalanan, kami bisa melihat pohon bakau dan tempat makan. Rupanya, tempat makan itu menjadi tempat singgah nelayan dan wisatawan untuk membeli ikan sembari bersantap di sana.
Perjalanan mendebarkan
Perjalanan mulai mendebarkan kala tahu hutan bakau ini menjadi habitat buaya dan ular. “Di sungai kecil itu, kita bisa jumpa buaya dan ular,” kata pemandu wisata. Setidaknya ada 5 jenis ular di sana. Ular cincin mas, ular sawah, ular hijau, ular kobra dan ular air hutan mangrove. Tidak lama setelah pemandu wisata menyampaikan informasi tersebut, seluruh peserta langsung heboh ingin melihat buaya.
Ada dua macam tur di sana. Tur siang dan malam. Tur malam dinamai Tur Kunang-Kunang karena perjalanan seolah diiringi pancaran cahaya ribuan kunang-kunang yang berkilauan dari balik semak-semak. Sedangkan ular dan buaya biasanya dapat dilihat pada siang hari.
Meski jantung berdebar-debar, hati kecil berharap dapat melihat ular atau buaya. Sayang, harapan itu pupus. Hingga akhir perjalanan, tidak satu pun ular dan buaya kami jumpai.
Ketika Corona belum mewabah, Bintan Mangrove ramai dikunjungi wisatawan mancanegara. Turis dari Singapura biasanya berkunjung ke sana untuk eduwisata. Bakau adalah tanaman yang sangat kuat dan fungsional. Hidupnya dari air laut ke air tawar dan air payau.
Akar kuatnya menciptakan sistem pengolahan air alami. Hutan bakau di Bintan Mangrove terlihat indah lantaran daun bakaunya sudah bersentuhan satu sama lain. Di Sungai Sebong terdapat 4 jenis bakau. Akar pensil Avicennia, akar tengkorak Rhizophora, akar lutut Bruquiera dan akar pita Xylocarpus.
Puas menjelajahi hutan bakau, pemandu wisata membawa kami kembali ke dermaga. Di dermaga itulah kisah petualangan menjelajahi hutan bakau di Bintan Mangrove berakhir. لذا, tidak perlu jauh-jauh ke Costa Rica untuk melihat hutan bakau. Di Bintan pun ada.