kampung rimba camp

Traveldiva.idSaat memutuskan untuk kemping di Kampung Rimba Camp, sejatinya kami sudah mempersiapkan diri akan jalanan yang ditempuh. Berliku dan penuh tanjakan tajam. Benar saja, usai keluar Tol Ciawi, Google Maps mengarahkan kami untuk langsung belok kanan. Padahal kala itu tanggal ganjil, dan plat mobil kami pun ganjil.

Kami memang terpaksa menggunakan maps karena ini kali pertama berkunjung ke Kampung Rimba Camp. Peta buatan Google itu menunjukkan tampilan peta yang berliku dan berkelok. Gang kecil kami lewati. Tanjakan tajam pun hampir membuat mobil terpaksa mundur karena mobil kami matic. Saat ingin menanjak, harusnya kami gas terus. Namun karena ada mobil dari arah berlawanan, kaki terpaksa menginjak rem, berhenti, tak bisa naik lagi. Beruntung suami saya bisa menangani kepanikan, memainkan perseneling dan membuat mobil bisa nanjak kembali.

kampung rimba camp

Usai satu jam berkelok-kelok, plot twist, maps mengarah keluar, ke jalan arah ke puncak lagi. Keluar persis di samping Grand USSU. HadeeuuhhhTau gitu, ngapain tadi kita pake berbelok-belok segala? Harusnya tadi dari Tol Ciawi langsung lurus saja.

kampung rimba camp IMG 20230623 215850 IMG 20230623 213426 IMG 20230623 215021 IMG 20230623 214939 Benar saja. Usai melewati Taman Safari, kami diarahkan belok ke kiri. Mengemudi sekitar 20 menit lagi, sampailah kami di Kampung Rimba Camp. Waktu menunjukkan pukul 17.55 WIB.

Pria bertopi bertubuh kecil menghampiri kami. Belakangan sepertinya kami dengar orang memanggilnya Adam, yang jelas bukan Adam Suseno suami Inul Daratista. Daripada tidak yakin dengan namanya, panggil saja si Akang lah ya.

Si Akang ini langsung mengantarkan kami ke tempat kemping. Naik 3x anak tangga, di lahan seluas kurang dari 500 meter itu sudah berdiri 3 خيمة. Harusnya bisa diisi 4, namun sepertinya si penyewa lahan kemping satunya belum datang. Tenda kami sudah berdiri tegak, berkat bantuan Mamak Bolang @Omazz dan suaminya yang kerap disebut sebagai Pak RT. Entah kenapa disebut Pak RT, mungkin karena orangnya sangat helpfull dengan teman-teman sesama campers.

Mulailah kami bercengkerama. Memasak, menyeduh kopi, duduk-duduk sebentar di depan tenda. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk memotret keindahan alam Kampung Rimba Camp. Kebetulan, saat itu kabut awan sempat menyelimuti kami selama 30 menit diselingi hujan rintik.

Yang membuat menarik di Kampung Rimba adalah toiletnya yang terletak tak jauh dari tempat kemping. Meski bisa tidur di tenda, pengelola juga menyediakan rumah pohon untuk glamping. Di atas lahan kemah kami ada lahan yang lebih luas lagi untuk outbond atau gathering karyawan.

Di bagian bawah ada kolam renang. Sekelilingnya tergantung lampu-lampu bohlam untuk menerangi jalan dan area kolam. Tangga-tangga terbuat dari kayu pohon yang kuat. Di bagian bawahnya lagi kami sempat melihat banyak tenda digelar. Rupanya di situlah aliran sungai berada. Banyak yang memilih mendirikan tenda di pinggir sungai agar bisa tidur nyenyak mendengar suara gemericik air.

Malam makin larut, waktunya mie instant! Seduh maupun masak. Kuah maupun gorang. Sama nikmatnya.

Beginilah nikmatnya kemping. Kita bisa tak tidur sampai subuh, lalu sepuasnya tidur di siang hari. Tak perlu buru-buru mandi, karena dinginnya air di Kampung Rimba Camp bisa membuat badan menjadi kebas. Apalagi kalau sampai keramas. Kepala rasanya tebal saking dinginnya.

Di Kampung Rimba Camp sejatinya ada wisata Off Road Tour. Mengitari sawah dan lokasi sekitar dengan menggunakan Jeep 4×4. Namun kami memilih untuk tidur saja. Rencana kami untuk tracking pendek ke air terjun pun batal.

IMG 20230625 110136 IMG 20230625 105737 IMG 20230625 105239

Foto-foto lainnya bisa dicek di sini

Untuk tracking pendek berdurasi perjalanan sekitar 1-2 jam dengan rute hutan pinus, perkebunan teh, lintas sungai dan Bukit Pasir Angin. Sedangkan track panjang berdurasi lebih dari 6 jam dengan rute yang sama namun tujuan akhir berupa Wisata Alam Telaga Saat.

Tiga hari dua malam cukup bagi kami untuk bermalam di perkemahan tersebut. PR di hari terakhir adalah menyesuaikan perjalanan pulang dengan peraturan One Way turun dari puncak ke arah Jakarta.

Beruntung, kami hanya macet saat mau keluar ke jalan raya. Macet cukup panjang sampai di Cimory Riverside. Perjalanan pulang cukup lancar dan kami sampai di rumah dengan selamat pukul 19.00 WIB.

Berminat ke Kampung Rimba? Total sewa lahan kemping tak sampai Rp1 jutaan untuk empat orang, plus biaya sewa kasur.

Berikut rincian biaya camping di Kampung Rimba Camp:

Forest Trip (tracking)
Jarak pendek: Rp100k per orang
Jarak panjang: Rp250k per orang

Road tour : Rp850k per 4 pax.

Sewa lahan:
Dewasa Rp80k per hari
Anak2 Rp40k per hari

Sewa fasilitas
Tenda : Tenda Dome (3×3 متر) Rp300k
Kasur : Rp100k per pcs.

ترك الرد

الرجاء إدخال تعليقك!
الرجاء إدخال اسمك هنا