MEMORI indah tentang Otres Beach akan tetap bertahan, meski jejak kaki saya di pasir pantai telah sirna diterpa ombak. Siang itu, 30 سبتمبر 2018, cahaya matahari amat terik. Namun tidak menghentikan niat saya dan 4 rekan kerja main ke pantai.
Rencananya kami akan memanggang seafood untuk merayakan ulang tahun salah seorang rekan kerja. Otres Beach di Sihanoukville, كمبوديا, terbagi tiga. Kami memutuskan untuk beraktivitas di Otres Beach 2 lantaran suasananya sepi dan pantainya juga bersih.
Memanggang seafood telah menjadi agenda kami sejak seminggu sebelumnya. Pencetusnya adalah Nary Soun, rekan kerja berkewarganegaraan Kamboja. Persiapan dimulai sejak pukul 1 siang.
Nary dan saya pergi ke pasar tradisional Psar Nickham. Sekilas, beberapa kosa kata Khmer mirip bahasa Indonesia. Kata Psar pada Psar Nickham sama maknanya dengan kata pasar dalam bahasa Indonesia. Psar Nikcham merupakan pasar terbesar kedua di Sihanoukville.
Kami berangkat ke pasar menggunakan Si Morning. Itu adalah julukan kami bagi mobil dinas kantor yang setia menemani ke mana pun. Berbelanja di pasar bersama Nary sungguh menyenangkan.
Hari itu Nary begitu lincah. Ia berjalan teramat cepat dari satu kios ke kios lain tanpa memedulikan betapa beceknya Psar Nickham siang itu. Sementara saya, masih pikir-pikir untuk melangkah. Khawatir terkena cipratan tanah becek.
Membeli Seafood
Seafood pertama yang kami pilih adalah cumi. Kemudian kepiting. Kepitingnya sedikit beda dengan kebanyakan kepiting di Indonesia. Warnanya kebiruan. Kami juga memilih ikan tenggiri dan udang. Tidak ketinggalan, kami memesan boks lengkap dengan es batu di sebuah kios di bagian depan pasar.
Saya melihat penjualnya memecah es batu dan memasukkannya ke dalam kotak. Sambil menunggu penjual selesai memecah es batu, kami membeli aneka bumbu dapur dan sayuran. سابقًا, kami menitipkan seafood yang telah dibeli kepada pedagang boks.
Nary sama sekali tidak memberi kesempatan kepada saya untuk memilih sayuran. Menurutnya, saya sudah terlalu sering menjadi ‘organizer’ baginya dan rekan-rekan kerja di tim legal and marketing kantor. “Kali ini saya saja yang jadi ‘organizer’,” ujarnya sambil tertawa. Ah, Nary memang lucu.
Saya lihat ia mengambil wortel, jeruk nipis dan mentimun. Seminggu sebelumnya, Nary juga telah membeli sambal khas Thailand, kaldu sapi bubuk, mentega dan garam di AEON Mall 2, Phnom Penh.
Berhubung belum punya alat pembakar, kami membeli arang, wadah dari tanah liat dan kipas. Saya lihat Nary juga membeli selembar bagian dalam ban untuk membantu mempercepat proses pembakaran arang.
Usai membeli sayuran, kami kembali ke kios penjual boks. Ketika kami tiba, boks sudah diisi es batu. Tidak lupa Nary meminta sang pedagang memasukkan seafood ke dalam kotak. Tujuannya agar seafood tetap segar hingga malam.
Dari Psar Nickham, kami menjemput 3 rekan kerja lain di Mess 36, belakang Electronic City. Dari mess, kami segera berangkat ke Otres Beach. Tidak lupa, kami janjian pula dengan 2 rekan kerja yang tinggal di proyek untuk bertemu di pantai.
Membakar Seafood
Kami berangkat dari mess pukul 14.30, tiba di Otres Beach 2 مربى 15.00. Setibanya di Otres, kami langsung menurunkan semua barang bawaan. Saya menggelar tikar. Setelah itu, Nary langsung beraksi memotong-motong wortel, mentimun, dan jeruk lemon. Lalu menaruhnya di atas es batu agar tetap segar.
Sasaran berikutnya adalah seafood. Ia cuci semua seafood dengan air laut. Kemudian ia aduk mentega dengan kaldu sapi Knorr. Racikan tersebut ia oles di seluruh permukaan seafood.
Kami sempat meragukan kepiawaiannya memasak. Apalagi ketika melihat ia tidak membersihkan insang ikan tenggiri serta mengiris bagian perutnya. Bagaimana mungkin racikan mentega dan kaldu sapi bisa meresap ke dalam daging ikan apabila bagian perutnya tidak diiris sedikit.
Ternyata dugaan kami salah. Semua seafood bakar buatan Nary sungguh lezat. Saya dan rekan-rekan kerja lain sampai menambah porsi makan kami berulang kali. Weekend getaway kali itu amat seru. Tidak terasa, matahari telah sejam lebih kembali peraduan.
Bulan mulai menunjukkan diri. Malam telah tiba. Pantai menjadi gelap karena tidak ada lampu penerangan. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke mess.
Padahal tadinya kami berencana pulang sebelum matahari benar-benar terbenam karena motor yang digunakan 2 teman mati lampunya. Jalan menuju proyek minim penerangan. Mereka akan kesulitan pulang ke proyek tanpa lampu penerang dari motor.
Sebelum pulang, kami memasukkan semua sampah ke dalam plastik. Lalu membuangnya di tempat sampah gerbang masuk pantai sembari mengucapkan terima kasih kepada Pantai Otres yang telah memberi kami kesenangan pada hari itu. (*)